Minggu, 21 Juni 2015

Artikel Pendidikan Anti Korupsi

PERANAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PENANGGULANGAN ANTI KORUPSI

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, meningkatnya kasus korupsi dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.         
Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Secara umum Pendidikan Karakter adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya sehingga dapat mengurangi krisis moral yang menerpa negeri ini. Menurut para ahli pengertian pendidikan karakter haruslah diterapakan ke dalam pikiran seseorang sejak usia dini, remaja bahkan dewasa, sehingga dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih bernilai dan bermoral.
Pendidikan karakter sangatlah menjadi perhatian berbagai negara di dunia ini untuk membentuk generasi yang berkualitas. diharapkan  bahwa generasi penerus bangsa ini juga mengedepankan pendidikan karakter sehingga membentuk generasi yang tidak brutal, tidak berprilaku free seks, tidak berpesta miunuman keras bahkan tidak berprilaku pornografi. Kita juga mengharapkan dapat berkurangnya tingkat korupsi bahkan hilang, dengan meningkatkan pendidikan karakter tersebut.
Kalau kita tengok apa itu korupsi? Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi adalah suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian korupsi yang diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara.
Korupsi merupakan suatu tindakan yang sangat tidak terpuji yang dapat merugikan suatu bangsa dan negara. Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus korupsi yang terbilang cukup banyak. Akan tetapi banyak juga kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat atau pemegang kekuasaan yang telah dibungkar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Korupsi termasuk perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara.
Korupsi dapat terjadi disebabkan beberapa factor, diantara penyebab terjadinya korupsi adalah :
1.      Iman yang lemah
Orang-orang yang memiliki kelemahan iman, sangat mudah sekali untuk melakukan tindakan kejahatan seperti korupsi contohnya. Apabila iman orang tersebut kuat, mereka tidak akan melakukan tindakan korups ini. Banyak sekali alasan yang diberikan oleh penindak korupsi ini.
2.      Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum merupakan salah satu faktor berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan hukum yang lemah ini dapat menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi-sanksi hukum.
3.      Kurangnya Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Masyarakat
Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak tahu tentang mengenai bentuk-bentuk tindakan korupsi, ketentuan dan juga sanksi hukumnya, dan juga cara menghindarinya. Akibatnya, banyak sekali diantara mereka yang menganggap "biasa"  terhadap tindakan korupsi, bahkan merekapun juga akan melakukan hal tersebut.
4.       Desakan Kebutuhan Ekonomi
Dengan keadaan ekonomi yang sulit, semua serba sulit, berbagai tindakan pun akan dilakukan oleh seseorang, guna untuk mempermudah kebutuhan ekonomi seseorang, salahsatunya adalah dengan melakukan tindakan korupsi.
5.       Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang baik akan berdampak baik juga bagi orang yang berada dilingkungan tersebut, tetapi bagaimana jika di lingkungan tersebut penuh dengan tindakan korupsi dan lain-lain. Maka orang tersebut juga akan terpengaruh dengan tindakan kriminal, contohnya korupsi.
Peran pendidikan karakter itu sangat penting untuk menanggulangi korupsi yang ada diindonesia ini, Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan masa depan seseorang. Tanpa pendidikan, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak berkualitas, dia akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak mengenal aturan, seenaknya sendiri, malas dan cenderung memiliki mental yang lemah, tidak memiliki daya juang positif yang akhirnya akan membuat arah hidupnya tidak jelas, tidak terkendali dan dapat terjerumus ke hal-hal negatif, seperti narkoba dan minuman keras yang menyebabkan si pemakai menjadi kecanduan, sehingga apapun caranya akan ditempuh demi mendapatkan narkoba dan minuman keras tersebut. Untuk mendapatkan narkoba dan minuman keras tersebut tentu saja tidak gratis, ada harga yang harus dibayar. Saat pecandu tersebut mulai kehabisan uang untuk membeli narkoba minuman keras, berbagai cara ditempuhnya untuk memperoleh uang guna membeli narkoba dan minuman, mulai dari menjual barang-barang yang ada di rumah sampai habis dan akhirnya melakukan tindak kejahatan mulai dari mencuri hingga merampok.
Tanpa pendidikan, manusia akan sangat mudah dipengaruhi dan dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang ingin mencari keuntungan pribadi, mereka sangat mudah menurut perintah dari para provokator yang hendak menghancurkan bangsanya seperti yang marak terjadi sekarang ini adalah terorisme yang banyak melibatkan anak-anak muda karena mereka sangat mudah diprovokasi dan dicuci otaknya. Selain itu, tanpa pendidikan manusia akan sangat kesulitan memperoleh pekerjaan karena tidak memiliki keahlian apapun yang menjadi tuntutan setiap instansi dalam memperoleh pekerjaan.
Menjadi bangsa yang maju dan berkembang adalah impian setiap negara di dunia. Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang matang, suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh pihak lain. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju dan berkembang. Peningkatan mutu pendidikan karakter sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa salahsatunya penanggulangan anti korupsi. Pendidikan karakter terhadap penanggulangan anti korupsi dapat  diperoleh di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

1.      Lingkungan Keluarga
Pendidikan karakter  anak yang paling penting adalah pendidikan dalam keluarga. Pendidikan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan karakter anak dan menjadi kunci utama dalam membentuk pribadi anak menjadi baik. Seorang anak yang dididik oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang akan merasa dihargai dan dibutuhkan, ia pun akan menyayangi keluarganya sehingga akan tercipta kondisi yang saling menghargai dan saling membantu. Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangan anak karena orang tualah yang berperan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam keluarga yang penuh rasa kasih sayang, menjadikan harga diri anak dapat berkembang karena anak merasa dihargai, dicintai, dan diterima sebagai manusia. Keluarga yang menerapkan pendidikan karakter dapat menghasilkan anak yang memiliki kepribadian baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter dalam keluarga harus menjadi dasar yang kuat dalam membangun kepribadian seorang anak dimasa depan.
2.      Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan pendidikan karakter  kedua setelah keluarga. Guru menjadi media pendidik dan sumber informasi bagi anak didik dalam memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Guru berperan memberikan bantuan, motivasi, dan tugas kepada anak untuk melatih kedisiplinan agar anak memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Di lingkungan sekolah lebih menekankan pengajaran tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan ketaatan terhadap aturan-aturan yang berlaku serta norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sehingga anak dapat menempatkan diri dimanapun dia berada dan bagaimana bersikap yang baik, sopan, dan santun kepada siapapun terlebih kepada orang yang lebih tua.
3.      Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting bagi perkembangan karakter anak didik, karena lingkungan masyarakat dapat memberikan gambaran bagaimana hidup bermasyarakat. Anak didik berinteraksi secara langsung dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat menilai anak tersebut apakah dia terdidik atau tidak terdidik.
Dengan pendidikan, dalam diri anak tertanam pengetahuan yang membuat dia bisa menemukan hal-hal baru yang belum pernah ada sebelumnya sehingga dapat memajukan diri sendiri dan dapat dimanfaatkan dengan bijaksana. Selain itu, pendidikan karakter juga dapat menanamkan hal-hal positif sejak dini terhadap anak didik. Melihat kondisi saat ini, anak didik sebagai generasi muda penerus bangsa diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain serta agar tidak mudah diperbudak dan dimanfaatkan oleh pihak lain.
Kualitas moral generasi muda saat ini boleh dikatakan menurun sehingga manusia korup berada di mana-mana, oleh karena itulah perlu diselenggarakan pendidikan karakter yang meliputi pendidikan moral, pendidikan nilai-nilai kehidupan, religius, dan budi pekerti di setiap institusi .
Pendidikan karakter yang diberikan kepada anak sebagai generasi penerus bangsa mengarah kepada rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, adil, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang bermoral, berakhlak mulia, berjiwa patriot, tangguh dan kompetitif yang didasarkan oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga pendidikan karakter sangat berpengaruh terhadap penanggulangan anti korupsi




Rabu, 17 Juni 2015

Biografi Dosen KTI UIN Walisongo Semarang



Biografi M Rikza Chamami MSI

                      M Rikza Chamami MSI lahir di Desa krandon Kota Kudus 20 maret 1980 beliau sangat menyukai dalam bidang tulis menulis ,Seperti pada jenjang SD setiap pelajaran Bahasa Indonesia, guru yang mengajarkan pelajaran tersebut menjadi guru favorit M Rikza Chamami MSI. Karena ketika pelajaran bahasa indonesia beliau sering ditugasi oleh gurunya untuk menulis kegiatan yang ada dirumah, seperti dari bangun tidur sampai mau tidur. Dan tugas lainnya yang berbau menulis.
                      Beliau juga salah satu murid di Madrasah Qudsiyah, setelah selesai SD beliau mulai tertarik lagi kedalam dunia tulis menulis yaitu pada saat MTs beliau mulai menulis seperti cerpen, puisi, yang beliau kirim ke majalah-majalah yang ada disekolahnya. Berangkat dari dimuatnya karya-karya beliau dimajalah yang ada disekolahnya itulah beliau mulai termotivasi untuk selalu berkarya dalam dunia tulis mnulis yang pada saat itu merupakan karya pertama beliau yang dimuat kedalam majalah.
                      Pada saat Aliyah beliau semakin bersemangat karena beliau bergabung di redaksi majalah yang ada disekolahnya dimana pada saat itu Jurnalistik menjadi salah satu hobi favorit beliau selain itu beliau juga ikut eskul Pramuka, PKS, saka Bhayangkara diPolres Kudus, dan Kader Penegak Disiplin KODIM Kudus. Dengan kata lain beliau juga sang aktfis pada waktu itu. kemudian ketika kelas X MA beliau dikirim untuk mengikuti pelatihan jurnalistik di Madrasah Futuhiyyah Mranggen yang pada saat itu beliau dididik oleh Bapak Jabir Al-Faruqi yang sekarang menjadi mantan Ansor Jawa Tengah yang saat itu menjadi alumni Tarbiyah.
                      Kemudian pada saat kelas XI beliau diamanahi menjadi pimpinan redaksi yang sebelumnya pada kelas X beliau juga sering diminta melakukan wawancara para tokoh  seperti halnya Gus Dur, KH Kholil Bisri, Wakil Gubernur Jawa Tengah, dan lain-lain yang pada saat itu menjadi pengalaman yang luar biasa bagi seorang Rikza Chamami MSI. Beliau juga pernah menjuarai lomba karya tulis ilmiah yaitu pada saat MA. Sebelum itupun beliau pernah menjuarai lomba-lomba seperti lomba talkin, lomba pidato Bahasa Arab, dan lain-lain. Hobi beliau selain tulis menulis yaitu rebana, pramuka, serta kegiatan-kegiatan bhayangkara dan lain sebagainya.
                      Ketikan masuk keperguruan tinggi juga sama beliau mengikuti kegiatan-kegiatan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edukasi, Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT. Kemudian pada semester II tulisan beliau mulai dimuat dikoran Suara Merdeka yang pada saat itu merupakan karya pertama beliau yang dimuat dikoran. Selain di koran Suara Merdeka karya beliau juga dimuat dikoran Wawasan, Radar Semarang, dan koran-koran kampus seperti AMANAT dan lain-lain.
                      Berangkat dari pengalaman-pengalaman itulah menulis sampai sekarang menjadi hobi beliau. Adapaun  Visi yang beliau pegang dalam hidup yaitu  “ Lebih baik mati dari pada hidup tidak berkarya “ karena bagi beliau, ketika beliau sudah tidak ada maka yang akan berbicara adalah tulisannya. Karena menulis atau berkarya adalah berbicara dengan pena yang dimana orang-orang akan mengenal beliau walaupun belum pernah melihat beliau secara langsung namun ia akan mengenal beliau lewat karya-karyanya.

Selasa, 16 Juni 2015

TEKNIK PENULISAN REVIEW BOOK

                 
TEKNIK PENULISAN REVIEW BOOK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu:  M Rikza Chamami, MSI
      Disusun Oleh :
1. Yunita Trikaryati                 (  1403036030  )
2. Wakhid Fatkhul I                 (  1403036031  )
3. M Fatwa Auliya                   (  1403036032  )

FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG 2015





  I.            PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam sebuah karya yang telah ditelurkan perlu adanya penilaian terkait dengan karya tersebut. Resensi merupakan sebuah tulisan yang berisi tentang penilaian sebuah karya, bisa berupa buku ataupun film. Resensi sebuah karya tidak hanya dipajang di beberapa surat kabar maupun majalah. Resensi juga digelar di kampus, radio, televisi, toko buku, atau internet. Bahkan sebagian besar surat kabar kita telah menyediakan kolom atau halaman khusus untuk memajang masalah perbukuan ini.
Dalam kegiatan resensi, juga perlu adanya penilaian yang seimbang. Penilaian yang seimbang akan memberikan makna tersendiri bagi penulis, penerbit, dan pembaca. Mengingat fungsi resensi ialah memberi informasi adanya buku baru, memberi hiburan, promosi, dan membangun sinergi antara pengarang, penerbit, toko buku, distributor, dan pembaca.
Meresensi buku di media cetak memang gampang-gampang susah. Namun demikian, sesulit apapun jika ada keberanian, kemauan, keseriusan, dan kesabaran, insya Allah akan berhasil juga.
B.     Rumusan Masalah
A.     Apa Pengertian Resensi?
B.     Apa Tujuan Review Book?
C.     Bagaimana struktur tulisan resensi?
D.     Apa saja jenis-jenis dalam resensi?
E.       Bagaimana teknik penulisan resensi?





TEKNIK PENULISAN REVIEW BOOK

                II.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Resensi
Resensi secara bahasa artinya pertimbangan atau perbincangan (tentang) sebuah buku (WJS. Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:821). Perbincangan dimaksud berupa sebuah tulisan yang dimuat disurat kabar atau majalah, berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku, menarik- tidaknya tema dan isi buku, kritikan dan memberi dorongan kepada khlayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimilik atau dibeli.[1]
Ada pula yang menyatakan untuk menyatakan bahwa resensi buku itu juga disebut telaah buku. Kata telaah berasal dari bahasa arab Thala’a yathla’u yang berarti membaca dengan seksama. Kemudian dalam bahasa Indonesia diartikan dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penelitian. Dengan demikian, telaah buku berarti melakukan pembacaan buku dengan seksama, teliti, dan penyelidikan.
Resensi memang perlu mempertimbangkan banyak faktor, seperti tema, penulis, sistematika penulisan, penerbit, kebaruan, dan perkembangan keadaan.  Sebab tidak semua buku itu layak diresensi karena tidak memiliki nilai-nilai keilmuan, pendidikan, moral,budaya, sosial, politik, ekonomi dan lainnya. Betapa banyaknya buku-buku yang terbit karena sekedar mengejar popularitas nama pengarang dan mendongkrak nama penerbit. Tidak sedikit buku-buku yang beredar hanya mementingkan keuntungan materi dengan mengabaikan nilai moral dan kestabilan politik negara.[2]
Dalam kamus jurnalistik, resensi mempunyai arti tulisan di media masa yang berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah karya tuli (buku), krya sastra (novel), atau karya seni (film, sinema). Biasanya mengandung penilaian tentang tema dan isi, kritikan, serta dorongan kepada publik perlu tidaknya mebca tau menonton karya tersebut.[3]
Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik tidaknya sebuah buku. Dalam hal ini, yang dinilai adalah keunggulan dan kelemahan buku (baik fiksi maupun nonfiksi) sehingga orang merasa terpersuatif setelah membacanya. Secara etimologis resensi berasal dari bahasa latin, yaitu kata kerja revidere dan recensere, yang artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilahreview.
Menurut Keraf, resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Sejalan dengan pendapat Keraf, Menurut Isdriani K. Pudji, resensi adalah tulisan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Oktavianawati, yang mengatakan bahwa “resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD.[4]
B.     Tujuan Menulis Resensi
Sebagaimana jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan. Secara umum tujuan merensi sebuah buku adalah menginformasikan isi buku tentang yang ditulis dan dibahas, kepada masyarakat luas khususnya pembaca.
Menurut Keraf (dalam http://bamas.wordpress.com), tujuan menulis resensi sebuah buku adalah menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Dalam hali ini, seorang peresensi perlu menguasai isi buku yang diresensinya sehingga dapat disampaikan apakah buku tersebut layak atau tidak untuk dinikmati oleh masyarakat. Oleh sebab itu, kelemahan dan kelebihan buku tersebut perlu disampaikan arif dan jujur.
Pendapat yang sejalan dengan pendapat Keraf tentang tujuan menulis resensi disampaikan oles Samad Daniel (1997:2). Ia mengemukakan bahwa tujuan penulisan resensi meliputi empat tujuan antara lain:
Memberikan infornasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang mencul dalam sebuah buku.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit seperti: siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama, dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis karya pengarang lain.
Berdasarkan pendaapat Samad Daniel di atas, ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peresensi buku, yaitu:
1)      Informasi yang disampaikan harus jelas
2)      Mampu mengajak pembaca untuk bersikap kritis terhadap hasil resensi
3)      Hasil resensi harus bersifat persuatif
4)      Memiliki sikap kreatifitas daalam merensi buku.[5]             

C.    Struktur Tulisan Resensi
Sebuah tulisan resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Pertama, bagian pendahuluan. Berisi informasi objektif atau identitas buku. Meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan bila perlu harga buku tersebut.
CONTOH:[6]
Judul Buku        :    Zaman Baru Islam Indonesia (Pemikiran dan Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais, Nur Cholis Madjid, Jalaludin Rakhmat)
Penulis                :    Dedy Djamaluddin Malik & Idi Subandy       Ibrahim
Pengantar           :    Mohammad Sobary
Penarbit              :   Zaman Wacana Mulia, Bandung
Cetakan              :    Pertama, Januari 1998
Tebal                  :    337 Halaman
Judul resensi buku setidak-tidaknya bisa menggambarkan keseluruhan isi buku. Judul harus ilmiah populer, sebab bahasa media itu ilmiah populer. Ilmiah artinya ia tidak terlalu ngepop, tetapi juga tidak terlalu ilmiah sekali. Judul ngepop misalnya seperti “bahasa gaul” yang sering dijumpai pada judul-judul artikel majalah, tabloid atau media cetak lain yang pasarnya Anak Baru Gede (ABG). Bahasa resensi juga tidak terlalu ilmiah. Bahkan kalau bisa, menghindari pemakaian kata-kata asing yang berkebihan.[7]
Kedua, bagian isi. Berisi ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut. Diulas pula tentang gaya penulisan, perbandingan buku itu dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku karangan penulis yang sama dengan tema lain.
Ketiga, bagian penutup. Pada bagian ini peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover, judul, editing), sera memberi pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki/ dibeli.
Biasanya, pada halaman belakang sebuah buku terdapat “resensi mini”. Ditulis oleh penerbitnya sebagai gambaran singkat isi buku sekaligus berpromosi/ menarik minat orang untuk membaca dan membeli buku tersebut.[8]
D.    Jenis-Jenis Dalam Resensi
Saryono membagi resensi buku berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauannya. Berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauan yang digunakan, resensi di bagi lagi menjadi dua, yaitu:
1)      Resensi berdasarkan media atau forum sajiannya.
2)       Resensi berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya.
Berdasakan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi dua, yaitu:
1)      resensi ilmiah,
2)      resensi ilmiah populer
Hal yang membedakan kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tatacara penulisan yang digunakan. Dalam resensi lmiah digunakan tatacara keilmuan tetentu menggunakan rujukan atau acuan, dan bahasa resmi dan baku serta yang dipaparkan selengkap-lengkapnya. Sementara itu, resensi ilmiah populer tidak menggunakan rujukan atau acuan tertentu. Selain itu, isi resensi seringnya hanya memaparkan bagian-bagian yang menarik saja. Penyajiannyapun tidak terlalu tunduk pada bahasa resmi atau bahasa baku.
Sedangkan berdasarkan isi sajian atau isi resensinya lebih lanjut ia mengemukakan bahwa resensi buku digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
1)      Resensi informatif
resensi informatif hanya berisi informasi tentang hal-hal dari suatu buku. Paad umumnya, isi resensi informatif hanya ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau hal-hal yang bersangkutan dengan suatu buku.
2)      Resensi evaluatif
Resensi evaluatif lebih banyak menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku atau hal-hal yang berkaitan dengan buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja bahkan kadang-kadang hanya dijadikan ilustrasi.


3)      Resensi informatif-evaluatif
Resensi informatif-evalautif merupakan perpaduan dua jenis resensi yaitu resensi informatif dan resensi evaluatif. Resensi jenis ini disamping menyajikan sebauh ringkasan buku atau hal-hal penting yang ada di buku juga menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku.
Dari ketiga jenis resensi tersebut, jenis resensi ketigalah yang paling ideal karena bisa memberikan laporan dan pertimbangan secara memadai. Oleh sebab itu, dalam meresensi buku penulis resensi lebih banyak memilih jenis resensi informatif-evaluatif. Hal ini dipertimbangkan karena jenis ii lebih menggabungkan kedua jenis resensi, yaitu resensi informatif dan resensi evaluatif. Ini berarti jenis resensi ini memiliki jenis kajian lebih lengkap jika dibandingkan dengan kedua jenis resensi lainnya. Jenis resensi ini menyajikan ringkasan buku dan juga penilaian peresensi terhadap buku tersebut tersebut terutama melihat kelemahan dan keunggulan isi buku tersebut.[9]
Setelah kita mengetahui jenis-jenis dalam resensi, kita juga perlu mengenal tipe atau bentuk resensi buku, semuanya bertujuan untuk menginformasikan isi buku tersebut. Masing-masing bentuk resensi akan memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Adpun bentuk resensi dapat digolongkan sebagai berikut.
1.       Meringkas
Penulis resensi berusaha untuk berusaha meringkas dengan bahasa yang tidak bertele-tele. Tujuan meringkas ini jelas memberikan informasi yang padat dan singkat pada pembacanya. Sebab, tak jarang sebuah buku itu diuraikan secara panjang lebar. Disinilah ketajaman dan kelihaian peresensi dibutuhkan
2.       Menjabarkan
Adakalanya, sebuah buku teks sangat sulit dipahami oleh kebanyakan orang. misalnya buku-buku terjemahan,buku-buku teks perguruan tinggi, termasuk juga buku-buku filsafat. Tugas peresensi adalah menjabarkan (dengan bahasa sendiri) tentang keseluruhan isi buku tersebut.
3.       Menganalisis
Penulis resensi tidak sekedar meringkas dan memindahkan kata-kata dalam buku dalam bahasa resensi. Lebih dari itu peresensi buku harus memberikan wawasan tentang isi buku itu. Lebih dari itu metode penulisannya, cara pemaparannya juga dikemukakan.
4.       Membandingkan (Komparasi)
Meresensi buku juga bisa dilakukan dengan komparasi. Komparasi bisa dilakukan dengan membandingkan buku itu dengan pengarang yang sama atau dengan buku sejenis meskipun berbeda pengarang.
5.       Memberi penekanan
Resensi bentuk ini biasanya digunakan untuk meresnsi buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai (satu penulis tapi beragam topik). Meresensi kumpulan tulisan memang lebih sulit daripada meresensi satu orang dengan pemikiran utuh.[10]
Buku yang dapat diresensi dengan cara memberikan penekanan adalah jenis buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Begitu banyak masalah dan terkadang sejumlah masalah tersebut ditulis oleh banyak orang menjadikan penulis resensi sulit menentukan mana yang perlu ditonjolkan dalam resensi. Dalam kasus ini peresensi cukup mengambil masalah yang dianggap paling menonjol. Atau, dapat juga dengan mengambil uraian atau pendapat dari orang-orang yang sudah punya nama dan yang paling terkenal diantara para penulis yang ada dlam buku tersebut.[11]
E.     Teknik Penulisan Resensi
Prinsip meresensi buku adalah mencari tema pokok dari buku itu. Caranya ialah dengan memberi uraian dalam bentuk ringkasan, ulasan, atau kajian dari setiap persoalan yang berkaitan erat dengan tema buku itu. Sebelum meresensi sebuah buku, yang perlu dilakukan adalah memahami buku tersebut dengan cara membacanya. Proses memahami sebuah buku bisa dilakukan dengan membaca buku sekali, dua kali, dan jika perlu berkali-kali tergantung kebutuhan.
 Untuk lebih cepat dalam memahami sebuah buku dapat diikuti beberapa saran sebagai berikut:
1)      Baca kata pengantar dan pendahualuan.
2)      Lihat daftar isi
3)       Baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang.
4)       Pilih hal-hal yang dianggap penting.
5)       Catat hal-hal yang dianggap penting.
Cara lain agar cepat memahami sebuah buku adalah dengan berlatih membaca efektif. Yakni bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
                                                              i.      Selection, yakni dengan memilih masalah yang pokok dan esensinya saja dari buku yang kita baca.
                                                            ii.      Skipping, yakni dengan melompati (melewati) bagian-bagian yang kurang penting.[12]
                                                          iii.      Scanning, yakni membaca sepintas lalu dengan cepat tetapi sambil memperhatikan dengan teliti dan memandai bagian-bagian yang penting dari buku yang kita baca.
Sebelum membuat resensi ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan menurut Fauzi Rahman, diantaranya adalah:[13]
                                                                    i.            Mempunyai minat yang besar untuk menekuni dunia resensi buku lebih dulu harus mempelajari peta, karakter, dan misi masing-masing media masa yang mempunyai rubrik resensi.
                                                                  ii.            Sebelum menulis resensi seorang penulis lebih dulu harus tahu istilah-istilah rubrik resensi masing-msing media masa.
                                                                iii.             Buku atau film yang hendak kita resensi hendaknya buku terbitan terbaru.
                                                                iv.            Dalam meresensi buku yang penting kita paparkan adalah sesuatu yang kita anggap menonjol, baru, dan mampu mewakili seluruh isi buku.
                                                                  v.            Tidak kalah pentingnya pula adalah ketekunan penulis untuk mengamati rutin rubrik resensi masing-masing media. 
Dalam menulis sebuah resensi diperlukan tehnik yang termudah untuk meresensinya. Tehnik-tehnik tersebut tidak lepas dari langkah-langkah membuat resensi, berkenaan dengan itu Daniel (1997:6-7) memnerikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1)      Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang akan diresensi.
2)       Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.
3)      Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4)       Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5)       Menetukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya dan aspek teknisnya.[14]
Dalam menulis resensi sebuah karya baik itu buku ataupun film selain memperhatikan teknik penulisan resenstor atau orang yang menulis resensi harus memahami dasar-dasar dalam menulis resensi, seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003), yaitu:
Pertama, memahami atau menagkap tujuan (maksud) pengarang dengan karya yang dibuatnya. Berhasil atau tidaknya kita menagkap tujuan dari sang penulis akan menentukan bagus atau tidaknya resensi kita.
Kedua, memiliki tujuan dalam membuat resensi buku. Seperti dasar menulis artikel pada umumnya, sebuah tulisan harus didasarkan sebuah tujuan. Begitu juga dengan resensi. Tujuan itu bisa berupa mengajak orang-orang untuk inkut membaca buku itu, ataupun bisa sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
Ketiga, harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari para pembaca. Sebuah resensi buku Das Kapital-nya Karl Marx tidak akan sesuai untuk pembaca koran lokal. Dengan memahami selera dan tingkat pemahaman pembaca media masa yang dituju, kita dapat menyesuaikan pemilihan buku dan gaya tulisan yang dapat diterima mereka.
Keempat, mempunyai pengetahuan dan menguasai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku. Menguasai berbagai pengetahuan akan mempermudah kita menulis resensi yang memadai sesuai dengan katagori buku tersebut. Seperti menulis resensi tentang ekonomi tentunya kita harus mempunyai wawasan dan pengetahuan mengenai bidang tersebut.
Kelima, jadilah pengamat buku sekaligus kolektor buku. Bagus atau tidaknya sebuah buku akan relatif berbeda tiap orang. Memberikan perbandingan dengan buku lain akan mempermudah kita dan pembaca dalam menentukan tolak ukur kadar kualitas buku yang diresensi.[15]










             III.            Penutup
A.    Simpulan
Dalam kamus jurnalistik, resensi mempunyai arti tulisan di media masa yang berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah karya tuli (buku), krya sastra (novel), atau karya seni (film, sinema). Biasanya mengandung penilaian tentang tema dan isi, kritikan, serta dorongan kepada publik perlu tidaknya mebca tau menonton karya tersebut. Resensi merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang bersifat subjektif.
Sebuah tulisan resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, bagian pendahuluan. Berisi informasi objektif atau identitas buku. Meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan bila perlu harga buku tersebut. Kedua, bagian isi. Ketiga, bagian penutup. Dan pada halaman belakang terdapat “resensi mini”.
                        Jenis-Jenis Dalam Resensi
Saryono membagi resensi menjadi dua, yaitu: Resensi berdasarkan media atau forum sajiannya dan Resensi berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya.
Berdasakan media atau forumnya, resensi buku dibagi lagi menjadi dua, yaitu: resensi ilmiah, dan resensi ilmiah populer.
Sedangkan berdasarkan isi sajian atau isi resensinya lebih lanjut ia mengemukakan bahwa resensi buku digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: resensi informatif, Resensi evaluatif, dan Resensi informatif-evaluatif.
Adapun bentuk resensi dapat digolongkan sebagai berikut: Meringkas, Menjabarkan, Menganalisis, Membandingkan (Komparasi), Memberi penekanan.


Teknik Penulisan Resensi
Prinsip meresensi buku adalah mencari tema pokok dari buku itu. Caranya ialah dengan memberi uraian dalam bentuk ringkasan, ulasan, atau kajian dari setiap persoalan yang berkaitan erat dengan tema buku itu.          Untuk lebih cepat dalam memahami sebuah buku dapat diikuti beberapa saran sebagai berikut: Baca kata pengantar dan pendahualuan, Lihat daftar isi, Baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang, Pilih hal-hal yang dianggap penting, Catat hal-hal yang dianggap penting. Cara lain agar cepat memahami sebuah buku adalah dengan berlatih membaca efektif. Diantaranya: Selection, Skipping, Scanning.
Sebelum membuat resensi ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan menurut Fauzi Rahman, diantaranya adalah: Mempunyai minat yang besar, tahu istilah-istilah rubrik resensi masing-msing media masa, Buku atau film terbitan terbaru, paparkan sesuatu yang kita anggap menonjol, baru, dan mampu mewakili seluruh isi buku, penulis mengamati rutin rubrik resensi masing-masing media.
langkah-langkah membuat resensi, berkenaan dengan itu Daniel (1997:6-7) memnerikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut: Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang akan diresensi, Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti, Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data, Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi, Menetukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya dan aspek teknisnya.
 Dalam menulis resensi sebuah karya baik itu buku ataupun film selain memperhatikan teknik penulisan resenstor atau orang yang menulis resensi harus memahami dasar-dasar dalam menulis resensi, seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003), yaitu:
Pertama, memahami atau menagkap tujuan (maksud), Kedua, memiliki tujuan dalam membuat resensi buku, Ketiga, harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari para pembaca, Keempat, mempunyai pengetahuan dan menguasai disiplin ilmu pengetahuan, Kelima, jadilah pengamat buku sekaligus kolektor buku.
B.     Kritik dan saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami berharap semoga makalah ini dapat dengan mudah untuk dipahami dan bisa menambah wawasan kita. Dan tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta cacat dari kesempurnaaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan kita bisa memetik hikmahnya. Amin.
 DAFTAR PUSTAKA
Syamsul  Asep M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009
Lasa HS, menaklukkan redaktur jurus jitu menulis di media massa,Yogyakarta: pinus, 2006
Syaiful Asep M. Romli, Kamus Jurnalistik, Bandung: Refika Offset, 2008
Dr. H. Dalman, Menulis karya Ilmiah,  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Syamsul Asep M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula,
Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak Jakarta: Murai Kencana, 2009
Bahar Ahmad dkk, Kiat Menembus kolom & rubrik media masa,yogyakarta: titian ilahi press
Rahman Fauzi dkk, Kiat Menembus kolom & rubrik media masa yogyakarta: titian ilahi press
Kuncoro Mudrajat, Mahir Menulis, Jakarta: Erlangga, 2009












[1] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)hlm.75
[2] Lasa HS, menaklukkan redaktur jurus jitu menulis di media massa,(Yogyakarta: pinus, 2006), hlm. 19
[3]Asep Syaiful M. Romli, Kamus Jurnalistik, (Bandung: Refika Offset, 2008), hlm. 112
[4] Dr. H. Dalman, Menulis karya Ilmiah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 165-166
[5] Dr. H. Dalman, Menulis karya Ilmiah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 231
[6] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, hlm.78
[7] Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak, (Jakarta: Murai Kencana, 2009), hlm. 44
[8] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, hlm.79-82
[9] Dr. H. Dalman, Menulis karya Ilmiah, hlm.168-169
[10] Nurudin, Kiat sukses Meresensi Buku di Media Masa, (Yogyakarta: CESPUR, 2003), hlm. 58-62
[11] Ahmad Bahar dkk, Kiat Menembus kolom & rubrik media masa,(yogyakarta: titian ilahi press), hal. 32
[12] Ahmad Bahar dkk, Kiat Menembus kolom & rubrik media masa, hal. 30
[13] Fauzi Rahman dkk, Kiat Menembus kolom & rubrik media masa, (yogyakarta: titian ilahi press), hal. 35-37
[14] Dr. H. Dalman, Menulis karya Ilmiah, hlm.174

[15] Mudrajat Kuncoro, Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 35-36

Konter CHEAP COMP

CHEAP COMP Cheap Comp adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pendistribusian sebagai Distributor Pulsa All Oper...